Kamis, 22 Desember 2016

Teori Belajar Dan Pembelajaran | Pendidikan Luar Sekolah

Teori Belajar Dan Pembelajaran


Teori Belajar dibagi menjadi  :



A.    Teori BehavioristikTeori Behavioristik merupakan salah satu teori belajar yang sangat terkenal dan banyak memberi manfaat  bagi dunia pendidikan. Menurut Thorndike dalam Sugiharto, dkk (2012: 91). Pandangan behavioristik mengakui pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati dan diukur. Yang bisa diamati dan diukur hanyalah stimulus dan respons. Belajar merupakan peristiwa tebentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (s) dan respon (r).
Sedangkan belajar menurut psikologi behavioristik adalah suatu kontrol instrumen yang berasal dari lingkungan (Siregar, 2010: 25). Beberapa ilmuwan yang termasuk pendidri sekaligus penganut teori ini adalah Thorndike, Watson, Hull, Guthrie, Skinner.Teori  ini  beranggapan  bahwa  yang  dinamakan  belajar  adalah  perubahan tingkah   laku.    Seseorang               dikatakan                telah           belajar sesuatu   jika          yang bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku tertentu.misalnya :


1.    Guru hendaknya paham tentang jenis stimulus apa yang tepat untuk diberikan kepada siswa.

2.    Guru juga mengerti tentang jenis respons apa yang akan muncul pada diri siswa.
3.   Untuk mengetahui apakah respons yang ditunjukkan siswa ini benar-benar sesuai dengan apa yang diharapkan, maka guru harus mampu :


a.   Menetapkan bahwa respons itu dapat diamati (observable)
b.   Respons yang ditunjukkan oleh siswa dapat pula diukur (measurable)c.  Respons yang diperlihatkan siswa hendaknya dapat dinyatakan secara eksplisit atau jelas kebermaknaannya.


B.     Teori kognitif
Pada teori ini yang lebih ditekankan adalah proses belajar daripada hasil belajar. Menururt teori ini belajar bukan hanya sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon akan tetapi belajar adalah berfikir secara komplek ((Siregar, 2010: 30). Proses ini tidak berjalan sendiri akan tetapi melalui proses yang saling berkaitan, ibarat seorang bermain not musik dia tidak hanya memahami not-notnya saja akan tetapi menyatu dengan pikiran dan perasaanya. Dalam pandangan teori belajar kognitif, siswa adalah individu yang aktif mempelajari ilmu pengetahuan. Dalam menempuh proses pembelajaran, siswa tidak hanya sekadar bersifat pasif dalam menerima pengetahuan. Siswa mencari informasi untuk mengatasi masalah yang dihadapi dan menyusun pengetahuan tersebut untuk memperoleh sebuah pemahaman baru. Konsep penting yang dikemukan dalam teori belajar. Penganut teori ini adalah Robert M. Gagne, Jean Piaget, Ausubel, Bruner.Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1.   Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak
2.   Anak-anak  akan  belajar  lebih  baik  apabila  dapat  menghadapi  lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3.   Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4.   Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5.   Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Empat tahap perkembangan kognitif:
1.         Tahap sensorik motorik ( 0-2 tahun)
2.         Tahap preoperasional (2-6 tahun)
3.         Tahap operasional kongkrit (6-12 tahun)
4.         Tahap formal yang bersifat internal (12-18 tahun)


C.    Teori Konstruktivistik
Salah satu teori belajar yang perlu kita ketahui adalah teori konstruktivisme. Menurut Sugiharto, dkk (2012: 107) teori ini sangat percaya bahwa siswa mampu mencari sendiri masalah, menyusun sendiri pengetahuanya, melalui kemampuan berfikir dan tantangan yang dihadapinya, menyelesaikan dan membuat konsep mengenai keseluruhan pengalaman realistik dan teori dalam saat bangunan utuh. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Menurut Siregar (2010: 39) dalam aliran konstruktivistik pengetahuan dipahami sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Beberapa ilmuwan yang termasuk pendidri sekaligus penganut teori ini adalah Jhon dewey, Jean Piaget, Jerome Brunner, Lev Vygotsky.

D.    Teori Humanistik
Dalam teori ini mempunyai tujuan yang sangat mulia yaitu menjadikan manusia seutuhnya. Menurut Sugiharto, dkk (2012: 107) siswa dalam proses belajarnya dianggap berhasil jika sipelajar telah memahami lingkunganya dan dirinya sendiri. Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain efektif. Misalnya kemampuan dalam ketrampilan membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan orang lain, kepercayaan,penerimaan, kesadaran, memahami perasaan orang lain, kejujuran interpersonal dan pengetahuan interpersonal lainnya. Jadi intinya adalah meningkatkan kualitas keterampilan interpersonal dalam kehidupan sehari – hari. Selain menitikberatkan pada interpersonal, para pendidik juga membuat pembelajaran yang membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan dan berfantasi. Beberapa ilmuwan yang termasuk pendidri sekaligus penganut teori ini adalah Bloom dan Krathwohl, Kolb, Honey dan Mumford, Habermas, Carl Rogers, Abraham Maslow.Tujuan  utama  teori  humanistik  adalah  pendidik      membantu  siswa  untuk mengembangkan dirinya, untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah
1.   Proses pemerolehan informasi baru,
2.   Personalia informasi ini pada individu

implikasi Teori Belajar Humanistik: 

a. Guru Sebagai Fasilitator
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator yang berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas sifasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa guidenes(petunjuk):

1.   Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
2.   Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4.   Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
5.   Dia menempatkan  dirinya  sendiri  sebagai  suatu  sumber  yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6.   Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok.



Lebih Lengkapnya Tentang Belajar Dan Pembelajaran KLIK SUMBER INI 


Silakan mampir di youtube saya sluggard gallery dengan banyak konten menarik lainya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tugas | Fakta dan Esensi Sila Pancasila

Fakta dan Esensi Sila Pancasila Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu filsafat. Pengertian sistem fils...