Senin, 04 Mei 2020

DIFUSI INOVASI | MAKALAH ELEMEN DIFUSI


DIFUSI INOVASI
MAKALAH ELEMEN DIFUSI


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat, Hidayah dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini, kami akan membahas mengenai“Elemen Difusi”.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Endang Sri Redjeki selaku dosen mata kuliah Difusi Inovasi yang telah yang telah memberikan tugas ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saran serta kritik yang dapat membangun dari pembaca sangat kami harapkan guna penyempurnaan pada makalah selanjutnya.
Harapan kami semoga makalah ini bisa membantu menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Demikian makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Penulis
Malang, 13 September 2017







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................................................ii


BAB I    
PENDAHULUAN ....................................................................................................................1
1.1 Latar belakang  ....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Makalah................................................................................................................2
1.3 Manfaat.................................................................................................................................2
1.4 Tujuan...................................................................................................................................2


BAB II   
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................3
2.1 Pengertian Difusi Inovasi ....................................................................................................3
2.2 Pengaruh Sistem Sosial Terhadap Difusi Inovasi ...............................................................3
2.3
 Struktur Sosial dan Difusi....................................................................................................4
2.4 Norma Sistem Sosial dan Difusi..........................................................................................5
2.5 Pemuka Pendapat dan Agen Pembaharu..............................................................................6
2.6 Tipe Keputusan Inovasi........................................................................................................6
2.7 Konsekuensi Inovasi............................................................................................................6
2.8 Penerapan dan Keterkaitan Teori.........................................................................................7

BAB III    
PENUTUP.................................................................................................................................8
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................8
4.2 Saran....................................................................................................................................8


DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9








BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru, sebagai salah satu unsur pendidik, adalah mampu melaksanakan tugas profesionalnya yaitu memahami bagaimana peserta didik belajar dan bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peserta didik, serta memahami tentang bagaimana siswa belajar. Untuk dapat memahami proses yang terjadi pada diri siswa, guru perlu melakukan inovasi dalam pembelajaran atau mengadopsi suatu hasil inovasi. Dan menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran, karena fungsi utama pembelajaran adalah memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya belajar dalam diri peserta didik sesuai dengan tuntutan zaman. Pembelajaran sebagai suatu konsep pedagogik secara teknis dapat diartikan sebagai upaya sistematik dan sistemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang potensial menghasilkan proses belajar yang bermuara pada berkembangnya potensi individu sebagai peserta didik. Keterkaitan fungsional pembelajaran dengan belajar adalah bahwa pembelajaran sengaja dilakukan untuk menghasilkan belajar atau dengan kata lain belajar merupakan parameter pembelajaran. Walaupun demikian perlu diingat bahwa tidak semua proses belajar konsekuensi dari pembelajaran. Misalnya seseorang berubah perilakunya yang cenderung malas belajar secara kebetulan teman dekatnya tidak naik kelas karena malas belajar, yang pada akhirnya seseorang itu berubah jadi rajin belajar. Oleh karena itu, dapat pula dikatakan bahwa akuntabilitas belajar bersifat internal-individual, sedangkan akuntabilitas pembelajaran bersifat publik. Untuk menjelajahi berbagai sisi dari pemikiran para pakar terkait tentang konsep pembelajaran dan inovasi dalam pembelajaran. Secara proporsional penjelajahan terhadap pemikiran tersebut akan dipaparkan dalam makalah ini  tentang : Konsep pembelajaran, konsep Difusi dan Inovasi serta Latar Belakang Kehadiran Inovasi dalam bidang Pembelajaran.



1.2  RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah kali ini sebagai berikut.
a.       Apa saja 4 pokok elemen difusi inovasi?
b.       

1.3  MANFAAT
1. Untuk menjelaskan pengertian difusi inovasi
2. Untuk menjelaskan pengertian diseminasi inovasi
3. Untuk menjelaskan elemen difusi inovasi

1.4  TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah memperoleh dorongan dalam mengkaji secara kritis dan kreatif dalam implikasi operasional dari konsep pembelajaran dan inovasi pembelajaran yang selanjutnya diimplementasikan terhadap pembelajaran di sekolah.
















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Difusi
Difusi merupakan suatu proses pengkomunikasian inovasi melalui suatu saluran dalam suatu rentang waktu diantara anggota suatu sistem sosial. Difusi adalah jenis khusus dari komunikasi terkait dengan penyebaran pesan yang dianggap sebagai ide-ide baru. Inovasi adalah suatu proses penyempurnaan sesuatu produk atau proses yang sudah ada. Difusi Inovasi adalah proses pengkomunikasian suatu obyek atau gagasan baru melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu dalam suatu sistem sosial. komunikasi adalah proses konvergensi (atau perbedaan) sebagai dua atau lebih individu bertukar informasi dalam rangka untuk bergerak menuju satu sama lain (atau terpisah) dalam makna-makna yang mereka berikan kepada peristiwa-peristiwa tertentu. Kami pikir komunikasi sebagai proses dua arah konvergensi, bukan sebagai satu arah, bertindak linier di mana satu orang berusaha untuk mentransfer pesan ke lain untuk mencapai efek utama.
Menurut Rogers (Ibrahim, 1988:60 ) terdapat 4 elemen pokok difusi inovasi, yaitu :
1.      Inovasi
Suatu ide, barang, kejadian, metode, yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik berupa hasil discovery maupun invensi diadakan guna mencapai tujuan. Sesuatu yang baru, kata  Baru disini mengandung ketidaktentuan (uncertainty), artinya sesuatu yang mengandung berbagai alternatif kemungkinan, sesuatu yang tidak tentu, bagi seseorang yang mengamati, baik mengenai arti, bentuk, manfaat, dan sebagainya.
Dengan adanya informasi, maka akan mengurangi ketidaktentuan tersebut, karena dengan informasi itu berarti memperjelas arah pada satu alternatif tertentu. Contoh : inovasi KB, maka orang yang mengamati KB sebagai sesuatu yang baru, berarti KB bagi orang itu masih serba tidaktentu. Dengan memperoleh informasi tentang KB, maka informasi tersebut mengurangi ketidaktentuan bagi orang tersebut. Sehingga, orang tersebut makin mempunyai kepastian tentang KB.
Suatu inovasi dalam proses difusi terbuka kemungkinan terjadinya perubahan (re-invention) atau modifikasi, dan para penerima inovasi bukan berperan secara pasif hanya sekedar menerima apa yang diberikan. Komunikasi merupakan salah satu elemen yang tidak dapat ditinggalkan dalam proses difusi inovasi.  
              2.   Komunikasi dengan saluran tertentu
Komunikasi disini diartikan sebagai proses pertukaran informasi antar warga masyarakat, sehingga terjadi saling pengertian satu sama lain. Komunikasi dengan tipe khusus yaitu difusi, yang menggunakan sesuatu hal baru (inovasi) sebagai bahan informasi. Kegiatan komunikasi dalam proses difusi mencangkup : a) suatu inovasi; b) individu atau kelompok yang telah mengetahui dna berpengalaman dengan inovasi; c) individu atau kelompok yang belum mengenal inovasi; d) saluran komunikasi yang menggabungkan antara kedua belah pihak tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam proses difusi adalah upaya mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang atau unit tertentu yang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi tersebut (innovator) kepada seseorang atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai inovasi itu (potential adopter) melalui saluran komunikasi tertentu.
Saluran komunikasi sebagai media/alat untuk menyampaikan pesan dari satu orang ke orang lain. Diperlukan ketepatan dalam pemilihan atau penggunaanya, sehingga proses komunikasi menjadi efektif. kondisi kedua belah pihak yang berkomunikasi akan mempengaruhi pemilihan dan penggunaan saluran komunikasi. Contoh : saluran media massa seperti televise, radio, surat kabar, dan sebagainya tepat digunakan untuk menyampaikan informasi dari seseorang kepada sekelompok orang tertentu. Sedangkan saluran interpersonal (antar individu), lebih efektif untuk mempengaruhi seseorang, sahabat, keluarga agar menerima inovasi. Saluran interpersonal dapat pula dipakai dalam sebuah kelompok.
Komunikasi interpersonal dengan prinsip homophily (kesamaan) yaitu kesamaan (asal daerah, bahasa, kepercayaan, dsb) antar orang yang berkomunikasi, akan lebih efektif untuk membujuk atau mempengaruhi seseorang untuk menerima sebuah inovasi. Karena berdasarkan hasil kajian dalam proses difusi banyak orang yang tidak menilai inovasi secara obyektif berdasarkan kajian ilmiah, tetapi mereka menilai secara subjective berdasarkan informasi yang diperoleh dari kawanya yang terlebih dahulu mengetahui dan menerima inovasi. Pada kenyataanya dalam proses difusi justru keadaanya berlawanan (heterophily). Perlawanan-perlawanan antar individu tersebut dapat diatasi jika ada emphaty yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya (mengandaikan dirinya) sama dengan orang lain.
              3.   Waktu
Waktu merupakan elemen terpenting dalam proses difusi, karena waktu adalah aspek utama dalam komunikasi. Waktu merupakan aspek dari Setiap kegiatan yang dilakukan. Peranan dimensi waktu dalam proses difusi yaitu :
a.     Proses keputusan inovasi
Ialah proses sejak seseorang mengetahui inovasi pertama kali sampai ia memutuskan untuk menerima atau menolak inovasi. Terdapat 5 langkah dalam proses keputusan inovasi, yaitu : i) pengetahuan tentang inovasi; ii) bujukan atau himbauan; iii) penetapan atau keputusan; iv) penerapan (implementasi); v) konfirmasi (confirmation). Dimana peranan elemen waktu tampak dengan adanya urutan waktu pelaksanaan dari ke 5 tahap diatas. Periode waktu keputusan inovasi ialah lamanya waktu yang digunakan selama proses keputusan inovasi berlangsung, melalui 5 tahap diatas. Namun, ke- 5 tahap tersebut tidak semunya terlalui, karena mungkin terjadi perkecualian. Contoh, seseorang memutuskan menerima inovasi tanpa melalui tahap himbauan.
b.      Kepekaan seseorang terhadap inovasi
 Tidak semua orang dalam suatu sistem sosial (masyarakat) menerima inovasi dalam waktu yang sama. Mereka menerima inovasi dalam urutan waktu, artinya ada yang dahulu ada yang kemudian. Yang menerima inovasi lebih dahulu secara relative lebih peka terhadap inovasi daripada yang menerima inovasi lebih akhir.
Berdasarkan kepekaan terhadap inovasi atau terdahulunya dan terlambatnya menerima inovasi, dapat dikategorikan menjadi 5 macam kategori penerima inovasi dalam suatu sistem sosial tertentu yaitu : (a) inovator, (b) pemula, (c) mayoritas awal, (d)mayoritas akhir, dan (e) terlambat (tertinggal).
Lima kategori penerima inovasi tersebut merupakan bentuk ideal, berdasarkan observasi dari kenyataan dan didesain sebagai bahan perbandingan antar warga masyarakat (anggota sistem sosial). Fungsi dari bentuk ideal tersebut sebagai petunjuk perencanaan kegiatan penelitian serta dapat juga dipakai sebagai bahan kerangka acuan analisa hasil penelitian.
c.       Kecepatan penerimaan inovasi
  Kecepatan penerimaan inovasi ialah kecepatan relative diterimanya inovasi oleh warga masyarakat (anggota sistem sosial). Apabila sejumlah warga masyarakat menerima suatu inovasi, dan dibuat diagram frekuensi kumulatif berdasarkan waktu, maka hasilnya akan berupa kurva yang berbentuk – S ( bentuk kurva dapat dilihat dalam Ibrahim, 1988: 65)
 Bagan tersebut menunjukkan bahwa pada mulanya hanya beberapa orang yang menerima inovasi dalam tiap periode waktu tertentu (misalnya tahun atau bulan), mereka itu adalah innovator. Kemudian tampak kurve difusi segera mulai menanjak, makin lama makin banyak orang yang menerima inovasi. Kemudian kecepatan penerimaan inovasi mendatar, menggambarkan makin lama makin sedikit yang tinggal dan proses difusi selesai, artinya semua warga masyarakat telah menerima inovasi.
Kecepatan inovasi biasanya diukur berdasarkan lamanya waktu yang diperlukan untuk mencapai prosentase tertentu dari jumlah warga masyarakat yang telah menerima inovasi. Oleh karena itu pengukuran kecepatan inovasi cenderung diukur dengan berdasarkan tinjauan penerimaan inovasi oleh keseluruhan warga masyarakat, bukan penerimaan inovasi secara individual. Pertanyaan yang perlu dipikirkan ialah mengapa terjadi perbedaan kecepatan penerimaan inovasi dalam proses difusi inovasi. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, lihat kembali karakteristik dan atribut inovasi. Tetapi perbedaan kecepatan penerimaan inovasi juga dipengaruhi oleh adanya perbedaan kondisi sistem sosial tertentu.
                  4.   Sistem Sosial
System social adalah hubungan (interaksi) anatr individu atau unit dengan bekerja sama untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan. anggota system social dapat individu, organisasi, kelompok, dan sub system lainya yang saling pengertian dan memberi hubungan timbale balik. Misalnya : petani di desa, para dosen dan karyawan di perguruan tinggi, dan sebagainya. Individu akan terpengaruh oleh system social dalam menghadapi sebuah difusi inovasi.
Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Teori tersebut antara lain menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi. Variabel yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup (1) atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion), (2) jenis keputusan inovasi (type of innovation decisions), (3) saluran komunikasi (communication channels), (4) kondisi sistem sosial (nature of social system), dan (5) peran agen perubah (change agents). 
Sementara itu tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi mencakup:
1.      Tahap Munculnya Pengetahuan (Knowledge) ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi
2.      Tahap Persuasi (Persuasion) ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik
3.      Tahap Keputusan (Decisions) muncul ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi.
4.      Tahapan Implementasi (Implementation), ketika sorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi.
5.      Tahapan Konfirmasi (Confirmation), ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya.




      2.2 Pengaruh Sistem Sosial Terhadap Difusi Inovasi
Hal-hal yang berkaitan antara system social dan pengaruhnya terhadap proses difusi inovasi, akan dibahas mengenai bentuk system social dalam mempengaruhi difusi, pengaruh norma dalam difusi, pengaruh pimpinan (pemuka) pendapat dan agen pembaharu, tipe keputusan inovasi, dan konsekuensi inovasi.  Hal-hal tersebuut berperan dalam hubungan antara system social dengan proses difusi inovasi yang terjadi dalam system social. Berikut sedikit ulasan mengenai hal-hal tersebut (Ibrahim,1988:67).

2.3 Struktur social dan difusi
Struktur sosial dalam hal ini diartikan sebagai pedoman peraturan unit dalam suatu sistem. Dengan adanya struktur ini maka dapat meninmbulkan ketertiban dan kestabilan tingkah laku individu dalam sistem sosial, dan juga memberikan kemungkinan tiap individu untuk merencanakan atau meramalkan tingkah laku yang akan dilakukannya sepanjang tidak menyimpang dari peraturan yang telah ada.
Struktur sosial bukan hanya berlaku dalam organisasi formal tetapi juga dalam struktur informal, yaituhubungan antar sesame warga masyarakat atau antar anggota sistem sosial secara informal, dengan cirri utama adanya kejelasan siapa berhubungan dengan siapa dan dalam situasi yang bagaimana.
Struktur sistem sosial dapat memperlancar atau menghambat proses difusi inovasi dalam suatu sistem, karena struktur sosial sangat berpengaruh terhadap proses komunikasi. Hal ini sangat menarik perhatian para ahli sosiologi dan psikologi sosial, karena tidak mungkin akan mempelajari difusi tanpa mengetahui struktur sosial yang ditempati para penerima inovasi.

2.4 Norma system social dan difusi
Norma yang berlaku pada suatu sistem sosial berpengaruh terhadap kecepatan penerimaan inovasi. Norma yang berlaku pada suatu sistem sosial merupakan pedoman tingkah laku anggota sistem sosial yang ditaati. Norma menjelaskan tentang perbuatan apa yang diperbolehkan serta memberikan petunjuk tentang standard perbuatan para anggota sistem sosial. Oleh karena itu suatu inovasi yang tidak sesuai dengan norma yang ada pada suatu sistem sosial akan terhambat pelaksanaan proses difusinya.

2.5  Pemuka pendapat dan agen pembaharu
Dua peranan orang yang mempunyai peranan penting dalam proses inovasi yaitu pemuka pendapat dan agen pembaharu.
Pemuka pendapat ialah orang yang mampu mempengaruhi orang-orang lain agar mengubah sikap atau tingkah lakunya secara informal, ke arah sesuatu perubahan yang dikehendaki. Pemuka pendapat merupakan pimpinan informal, yang tidak tentu memiliki status formal sebagai pemimpin dalam masyarakat. Banyak penelitian menunjukkan bahwa jika sistem sosial akan mengadakan perubahan, maka pemuka pendapat sangat inovatif, tetapi jika norma tidak mau menerima perubahan, maka tingkah laku pemuka pendapat juga menggambarkan norma tersebut. Dengan kata lain pemuka pendapat merupakan contoh dan perwujudan dari struktur sosial.
Dalam beberapa ssitem sosial, ternyata pemuka pendapat dapat berperan kedua-duanya, mungkin dai sebagai pemuka inovasi, tetapi mungkin juga dia sebagai pemimpin yang menentang inovasi. Pengaruh pemuka pendapat ini dapat memperlancar difusi inovasi atau sebagai penghambat difusi inovasi. Jika dibandingkan dengan warga masyarakat bisa pemuka pendapat ini secra umum memiliki sifat-sifat yang berbeda, anatra lain :lebih terbuka terhadap segala macam bentuk komunikasi dengan dunia luar, lebih bersifat kosmopolit (semua manusia adalah saudara), dan memiliki status yang lebih tinggi, lebih inovatif (tetapi tergantung kesesuaian dengan norma). Peranan yang sangat penting dari pemuka pendapat ialah menjadi pusat komunikasi (hubungan interpersonal) dalam jaringan komunikasi dalam sistem sosial.
Agen pembaharu adalah seorang professional yang bertugas untuk mempengaruhi klien (sasaran inovasi), untuk mengambil keputusan mengikuti inovasi, sesuai dengan tujuan yang akan dicapai oleh lembaga atau organisasi tempat agen pembaharu itu bekerja. Agen pembaharu selalu berusaha agar terjadi proses difusi inovasi, tetapi justru biasanya proses difusi kurang lancer karena ia orang yang datang dari luar sistem sosial (heterophil). Untuk melancarkan proses difusi biasanya agen pembaharu menggunakan pemuka pendapat untuk kampanye penyebaran inovasi. Demikian pula sering terjadi yang menjadi agen pembaharu seorang sarjana yang memang ahli sesuai dengan ide baru atau inovasi yang akan disebarluaskan, tetapi dengan timbul hambatan dalam tugasnya melaksanakan difusi inovasi, yaitu tidak dapat dekat dengan warga masyarakat. Untuk mengatasi itu biasanya digunakan tenaga pembantu yang tentu saja kualitas profesionalnya kurang daripada agen pembaharu tetapi lebih erat dengan anggota sistem sosial yang menjadi sasaran inovasi. Pembantu agen pembaharu dipilihkan orang yang lebih homphily, sehingga dapat mengurangi kesenjangan heterophily, yang terjadi antara agen pembaharu dengan klien.

2.6 Tipe Keputusan Inovasi
Inovasi diterima tidaknya diputuskan berdasarkan keputusan bersama atau tanpa paksaan. Tipe keputusan inovasi dapat dibedakan menjadi :
a.    Keputusan inovasi opsional, yaitu keputusan diterima tidaknya inovasi ditentukan oleh individu secara mandiri tanpa pengaruh anggota system social. Meskipun seorang individu mengambil keputusan berdasarkan norma system social atau hasil komunikasi interpersonal dengan anggota system social.
b.      Keputusan inovasi kolektif, yaitu keputusan diterima tidaknya inovasi berdasarkan keputusan yang dibuat secara bersama-sama berdasarkan kesepakatanantar anggota system social.
c.       Keputusan inovasi otoritas, yaitu keputusan diterima tidaknya inovasi berdasarkan keputusan yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang  yang berkedudukan, status, wewenang atau kemampuan yang lebih tinggi daripada anggota yang lain dalam suatu system social.
Ketiga tipe keputusan tersebut merupakan rentangan (continuum) dari keputusan opsional, dilanjutkan keputusan kolektif, dan yang terakhir keputusan otoritas. Tipe keputusan yang digunakan untuk menyebarkan suatu inovasi dapat berubah dalam waktu tertentu.
d.      Keputusan inovasi kontingen (contingent), yaitu pemilihan diterima tidaknya suatu inovasi, baru dapat dilakukan hanya setelah ada keputusan inovasi yang mendahuluinya. Cirri pokok keputusan ini ialah digunakanya dua atau lebih keputusan inovasi secara bergantian untuk menangani suatu difusi inovasi, terserah yang mana yang akan digunakan bisa keputusan opsional, kolektif atau otoritas.

2.7 Konsekuensi Inovasi
System social berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung (keputusan opsional) dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Konsekuensi inovasi ialah perubahan yang terjadi dalam system social sebagai hasil dari penerimaan atau penolakan dari suatu inovasi.  Klasifikasi konsekuensi inovasi, meliputi :
a.       Konsekuensi yang bermanfaat dengan yang tidak bermanfaat, tergantung dari hasil inovasi di dalam system social itu fungsional atau tidak fungsional.
b.      Konsekuensi langsung dengan tidak langsung, tergantung dari perubahan yang terjadi pada individu atau system social         berupa respon yang pertama terjadi pada inovasi, atau respon kedua setelah adanya konsekuensi langsung.
c.       Konsekuensi yang diharapkan dengan yang tidak diharapkan, tergantung dari bagaimana perubahan itu, diketahui dan direncanakan oleh anggota system social, atau tidak.
Ketika klasifikasi konsekuensi tersebut biasanya berlangsung secara bersamaan. Dan untuk menentukan sebuah konsekuensi bermanfaat atau tidak cukup sulit, karena biasanya dapat terjadi suatu inovasi bermanfaat bagi system social, tapi tidak untuk anggota system social tertentu.
Contoh dari proses inovasi dan difusi serta konsekuensinya lebih jelas terdapat dibuku Ibrahim (1988:74-77) , salah satunya yaitu tentang usaha perbaikan pendidikan  di Indonesia yang disebut hari Krida. Dimana kegiatan tersebut dilakukan Setiap hari sabtu, siswa tidak diajar seperti biasa tapi dilatih berbagai ketrampilan, kesenian , dan olahraga. Pelaksanaan inovasi dimulai dengan cara penyampaian informasi tentang cara pelaksanaan Hari Krida dari atas sampai lapisan bawah. Sehingga berdasarkan kondisi dan situasi sekolah maupun social, umumnya pada hari sabtuyang berlangsung hanya olahraga dan kesenian khususnya menyanyi. Dari Inovasi tersebut diperoleh analisis :
Kemanfaatan, tetap aka nada manfaat walaupun tidak sepenuhnya seperti yang diharapkan. Konsekuensi langsung, dengan adanya latihan olahraga secara rutin Setiap hari sabtu, maka tim olahraga sekolah menjadi terlatih dan terampil. Konsekuensi yang diharapkan, tidak sepenuhnya tercapai karena hanya sebagian ketrampilan siswa yang dapat dikembangkan. Konsekuensi yang tidak diharapkan, terjadinya pulang awal pada hari sabtu.

2.8 Penerapan dan Keterkaitan Teori
Pada awalnya, bahkan dalam beberapa perkembangan berikutnya,  teori Difusi Inovasi senantiasa dikaitkan dengan proses pembangunan masyarakat. Inovasi merupakan awal untuk terjadinya perubahan sosial, dan perubahan sosial pada dasarnya merupakan inti dari pembangunan masyarakat. Rogers dan Shoemaker (1971) menjelaskan bahwa proses difusi merupakan bagian dari proses perubahan sosial. Perubahan sosial adalah proses dimana perubahan terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Perubahan sosial terjadi dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu: (1) Penemuan (invention), (2) difusi (diffusion), dan (3) konsekuensi (consequences). Penemuan adalah proses dimana ide/gagasan baru diciptakan atau dikembangkan. Difusi adalah proses dimana ide/gagasan baru  dikomunikasikan kepada anggota sistem sosial, sedangkan konsekuensi adalah suatu perubahan dalam sistem sosial sebagai hasil dari adopsi atau penolakan inovasi.
Sejak  tahun 1960-an, teori difusi inovasi berkembang lebih jauh di mana fokus kajian tidak hanya dikaitkan dengan proses perubahan sosial dalam pengertian sempit. Topik studi atau penelitian difusi inovasi mulai dikaitkan dengan berbagai fenomena kontemporer yang berkembang di masyarakat. Berbagai perpektif pun menjadi dasar dalam pengkajian proses difusi inovasi,seperti perspektif ekonomi, perspektif ’market and infrastructure’ (Brown, 1981). Salah satu definisi difusi inovasi dalam taraf perkembangan ini antara lain dikemukakan  Parker (1974), yang  mendefinisikan difusi sebagai suatu proses yang berperan memberi nilai tambah pada fungsi produksi atau proses ekonomi. Dia juga menyebutkan bahwa difusi merupakan suatu tahapan dalam proses perubahan teknik (technical change). Menurutnya difusi merupakan suatu tahapan dimana keuntungan dari suatu inovasi berlaku umum. Dari inovator, inovasi diteruskan melalui pengguna lain hingga akhirnya menjadi hal yang biasa dan diterima sebagai bagian dari kegiatan produktif.
Berkaitan dengan proses difusi inovasi tersebut National Center for the Dissemination of Disability Research (NCDDR), 1996, menyebutkan ada 4 (empat) dimensi pemanfaatan pengetahuan (knowledge utilization), yaitu
1.      Dimensi Sumber (SOURCE) diseminasi, yaitu insitusi, organisasi, atau individu yang bertanggunggung jawab dalam menciptakan pengetahuan dan produk baru.
2.      Dimensi Isi (CONTENT) yang didiseminasikan, yaitu pengetahuan dan produk baru dimaksud yang juga termasuk bahan dan informasi pendukung lainnya.
3.      Dimensi Media (MEDIUM) Diseminasi, yaitu cara-cara bagaimana pengetahuan atau produk tersebut dikemas dan disalurkan.
4.      Dimensi Pengguna (USER), yaitu pengguna dari pengetahuan dan produk dimaksud.


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
            Inovasi merupakan sebuah ide, barang, kejadian metode yang dirasakan atau diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang maupun kelompok masyarakat. difusi adalah proses yang terjadi pada suatu waktu dan memiliki lima tahapan yaitu ahap pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi, dan konfirmasi.
Diseminasi merupakan tindak inovasi yang disusun dan disebarannya berdasarkan sebuah perencanaan yang matang dengan pandangan jauh ke depan baik melalui diskusi atau forum lainnnya yang sengaja diprogramkan, sehingga terdapat kesepakatan untuk melaksanakan inovasi.
Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu: a) Inovasi, b) saluran komunikasi, c) jangka waktu, d) sistem sosial.
Prinsip homophily merupakan salah satu prinsip berkomunikasi dimana komunikator dan komunikan atau pembicara dan khalayak atau lawan bicara merasa berada dalam persamaan. Sedangkan heterophily sebaliknya yaitu ketika pembicara dan khalayak atau lawan bicara berada dalam suasana perbedaan.

3.2 SARAN
            Dengan adanya pembahasan tentang Dari makalah saya yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi saya pribadi. Yang baik datangnya dari Allah Swt, dan yang buruk datangnya dari saya. Dan saya sadar bahwa makalah saya ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi saya harapkan saran dan kritiknya yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya.



DAFTAR RUJUKAN




https://muhamatayouda.blogspot.co.id/2016/06/makalah-difusi-inovasi.html



Lanjut : kunjungi channel youtube saya Sluggard Gallery 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tugas | Fakta dan Esensi Sila Pancasila

Fakta dan Esensi Sila Pancasila Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu filsafat. Pengertian sistem fils...