DIFUSI INOVASI
MAKALAH ELEMEN DIFUSI
KATA PENGANTAR
Puji
dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat, Hidayah dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini, kami akan membahas mengenai“Elemen Difusi”.
Kami
juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Endang Sri Redjeki selaku dosen mata
kuliah Difusi Inovasi yang telah yang telah memberikan tugas ini. Kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu
saran serta kritik yang dapat membangun dari pembaca sangat kami harapkan guna
penyempurnaan pada makalah selanjutnya.
Harapan
kami semoga makalah ini bisa membantu menambah wawasan, pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Demikian
makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
Penulis
Malang,
13 September 2017
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
...............................................................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
....................................................................................................................1
1.1 Latar belakang ....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Makalah................................................................................................................2
1.3 Manfaat.................................................................................................................................2
1.1 Latar belakang ....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Makalah................................................................................................................2
1.3 Manfaat.................................................................................................................................2
1.4 Tujuan...................................................................................................................................2
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA............................................................................................................3
2.1 Pengertian Difusi Inovasi ....................................................................................................3
2.2 Pengaruh Sistem Sosial Terhadap Difusi Inovasi ...............................................................3
2.3 Struktur Sosial dan Difusi....................................................................................................4
2.1 Pengertian Difusi Inovasi ....................................................................................................3
2.2 Pengaruh Sistem Sosial Terhadap Difusi Inovasi ...............................................................3
2.3 Struktur Sosial dan Difusi....................................................................................................4
2.4 Norma
Sistem Sosial dan Difusi..........................................................................................5
2.5 Pemuka
Pendapat dan Agen Pembaharu..............................................................................6
2.6 Tipe Keputusan Inovasi........................................................................................................6
2.7 Konsekuensi Inovasi............................................................................................................6
2.8 Penerapan dan Keterkaitan
Teori.........................................................................................7
BAB III
PENUTUP.................................................................................................................................8
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................8
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................8
4.2
Saran....................................................................................................................................8
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Salah
satu kemampuan yang harus dimiliki guru, sebagai salah satu unsur pendidik,
adalah mampu melaksanakan tugas profesionalnya yaitu memahami bagaimana peserta
didik belajar dan bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang mampu
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peserta didik, serta memahami
tentang bagaimana siswa belajar. Untuk dapat memahami proses yang terjadi pada
diri siswa, guru perlu melakukan inovasi dalam pembelajaran atau mengadopsi
suatu hasil inovasi. Dan menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran, karena
fungsi utama pembelajaran adalah memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya belajar
dalam diri peserta didik sesuai dengan tuntutan zaman. Pembelajaran sebagai suatu konsep pedagogik secara teknis dapat
diartikan sebagai upaya sistematik dan sistemik untuk menciptakan lingkungan
belajar yang potensial menghasilkan proses belajar yang bermuara pada
berkembangnya potensi individu sebagai peserta didik. Keterkaitan fungsional pembelajaran dengan belajar adalah bahwa
pembelajaran sengaja dilakukan untuk menghasilkan belajar atau dengan kata lain
belajar merupakan parameter pembelajaran. Walaupun demikian perlu diingat bahwa
tidak semua proses belajar konsekuensi dari pembelajaran. Misalnya seseorang
berubah perilakunya yang cenderung malas belajar secara kebetulan teman
dekatnya tidak naik kelas karena malas belajar, yang pada akhirnya seseorang
itu berubah jadi rajin belajar. Oleh karena itu, dapat pula dikatakan bahwa
akuntabilitas belajar bersifat internal-individual, sedangkan akuntabilitas
pembelajaran bersifat publik. Untuk
menjelajahi berbagai sisi dari pemikiran para pakar terkait tentang konsep
pembelajaran dan inovasi dalam pembelajaran. Secara proporsional penjelajahan
terhadap pemikiran tersebut akan dipaparkan dalam makalah ini tentang : Konsep pembelajaran, konsep Difusi
dan Inovasi serta Latar Belakang Kehadiran Inovasi dalam bidang Pembelajaran.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas
pada makalah kali ini sebagai berikut.
a. Apa
saja 4 pokok elemen difusi inovasi?
b.
1.3
MANFAAT
1. Untuk menjelaskan
pengertian difusi inovasi
2. Untuk
menjelaskan pengertian diseminasi inovasi
3. Untuk menjelaskan elemen difusi inovasi
1.4
TUJUAN
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah memperoleh dorongan dalam mengkaji secara
kritis dan kreatif dalam implikasi operasional dari konsep pembelajaran dan
inovasi pembelajaran yang selanjutnya diimplementasikan terhadap pembelajaran
di sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Difusi
Difusi merupakan suatu proses pengkomunikasian inovasi
melalui suatu saluran dalam suatu rentang waktu diantara anggota suatu sistem
sosial. Difusi adalah jenis khusus dari komunikasi terkait dengan penyebaran
pesan yang dianggap sebagai ide-ide baru. Inovasi adalah suatu proses
penyempurnaan sesuatu produk atau proses yang sudah ada. Difusi Inovasi adalah
proses pengkomunikasian suatu obyek atau gagasan baru melalui saluran tertentu dalam
jangka waktu tertentu dalam suatu sistem sosial. komunikasi adalah proses
konvergensi (atau perbedaan) sebagai dua atau lebih individu bertukar informasi
dalam rangka untuk bergerak menuju satu sama lain (atau terpisah) dalam
makna-makna yang mereka berikan kepada peristiwa-peristiwa tertentu. Kami pikir
komunikasi sebagai proses dua arah konvergensi, bukan sebagai satu arah,
bertindak linier di mana satu orang berusaha untuk mentransfer pesan ke lain
untuk mencapai efek utama.
Menurut Rogers (Ibrahim, 1988:60 )
terdapat 4 elemen pokok difusi inovasi, yaitu :
1. Inovasi
Suatu ide, barang, kejadian, metode,
yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang,
baik berupa hasil discovery maupun invensi diadakan guna mencapai tujuan. Sesuatu
yang baru, kata Baru disini mengandung ketidaktentuan (uncertainty),
artinya sesuatu yang mengandung berbagai alternatif kemungkinan, sesuatu yang
tidak tentu, bagi seseorang yang mengamati, baik mengenai arti, bentuk,
manfaat, dan sebagainya.
Dengan adanya informasi, maka akan
mengurangi ketidaktentuan tersebut, karena dengan informasi itu berarti
memperjelas arah pada satu alternatif tertentu. Contoh : inovasi KB, maka orang
yang mengamati KB sebagai sesuatu yang baru, berarti KB bagi orang itu masih
serba tidaktentu. Dengan memperoleh informasi tentang KB, maka informasi
tersebut mengurangi ketidaktentuan bagi orang tersebut. Sehingga, orang
tersebut makin mempunyai kepastian tentang KB.
Suatu inovasi dalam proses difusi
terbuka kemungkinan terjadinya perubahan (re-invention) atau modifikasi,
dan para penerima inovasi bukan berperan secara pasif hanya sekedar menerima
apa yang diberikan. Komunikasi merupakan salah satu elemen yang tidak dapat
ditinggalkan dalam proses difusi inovasi.
2. Komunikasi dengan
saluran tertentu
Komunikasi disini diartikan sebagai
proses pertukaran informasi antar warga masyarakat, sehingga terjadi saling
pengertian satu sama lain. Komunikasi dengan tipe khusus yaitu difusi, yang
menggunakan sesuatu hal baru (inovasi) sebagai bahan informasi. Kegiatan
komunikasi dalam proses difusi mencangkup : a) suatu inovasi; b) individu atau
kelompok yang telah mengetahui dna berpengalaman dengan inovasi; c) individu
atau kelompok yang belum mengenal inovasi; d) saluran komunikasi yang
menggabungkan antara kedua belah pihak tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi
dalam proses difusi adalah upaya mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh
seseorang atau unit tertentu yang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman
dalam menggunakan inovasi tersebut (innovator) kepada
seseorang atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman
mengenai inovasi itu (potential adopter) melalui saluran komunikasi
tertentu.
Saluran komunikasi sebagai
media/alat untuk menyampaikan pesan dari satu orang ke orang lain. Diperlukan
ketepatan dalam pemilihan atau penggunaanya, sehingga proses komunikasi menjadi
efektif. kondisi kedua belah pihak yang berkomunikasi akan mempengaruhi
pemilihan dan penggunaan saluran komunikasi. Contoh : saluran media massa
seperti televise, radio, surat kabar, dan sebagainya tepat digunakan untuk
menyampaikan informasi dari seseorang kepada sekelompok orang tertentu.
Sedangkan saluran interpersonal (antar individu), lebih efektif untuk
mempengaruhi seseorang, sahabat, keluarga agar menerima inovasi. Saluran
interpersonal dapat pula dipakai dalam sebuah kelompok.
Komunikasi interpersonal dengan
prinsip homophily (kesamaan) yaitu kesamaan (asal daerah, bahasa, kepercayaan,
dsb) antar orang yang berkomunikasi, akan lebih efektif untuk membujuk atau
mempengaruhi seseorang untuk menerima sebuah inovasi. Karena berdasarkan hasil
kajian dalam proses difusi banyak orang yang tidak menilai inovasi secara
obyektif berdasarkan kajian ilmiah, tetapi mereka menilai secara subjective
berdasarkan informasi yang diperoleh dari kawanya yang terlebih dahulu
mengetahui dan menerima inovasi. Pada kenyataanya dalam proses difusi justru
keadaanya berlawanan (heterophily). Perlawanan-perlawanan antar individu
tersebut dapat diatasi jika ada emphaty yaitu kemampuan seseorang untuk
memproyeksikan dirinya (mengandaikan dirinya) sama dengan orang lain.
3. Waktu
Waktu merupakan elemen terpenting
dalam proses difusi, karena waktu adalah aspek utama dalam komunikasi. Waktu
merupakan aspek dari Setiap kegiatan yang dilakukan. Peranan dimensi waktu
dalam proses difusi yaitu :
a. Proses keputusan
inovasi
Ialah proses sejak seseorang
mengetahui inovasi pertama kali sampai ia memutuskan untuk menerima atau
menolak inovasi. Terdapat 5 langkah dalam proses keputusan inovasi, yaitu : i)
pengetahuan tentang inovasi; ii) bujukan atau himbauan; iii) penetapan atau
keputusan; iv) penerapan (implementasi); v) konfirmasi (confirmation). Dimana
peranan elemen waktu tampak dengan adanya urutan waktu pelaksanaan dari ke 5
tahap diatas. Periode waktu keputusan inovasi ialah lamanya waktu yang
digunakan selama proses keputusan inovasi berlangsung, melalui 5 tahap diatas.
Namun, ke- 5 tahap tersebut tidak semunya terlalui, karena mungkin terjadi
perkecualian. Contoh, seseorang memutuskan menerima inovasi tanpa melalui tahap
himbauan.
b. Kepekaan
seseorang terhadap inovasi
Tidak semua orang dalam suatu sistem sosial
(masyarakat) menerima inovasi dalam waktu yang sama. Mereka menerima inovasi
dalam urutan waktu, artinya ada yang dahulu ada yang kemudian. Yang menerima
inovasi lebih dahulu secara relative lebih peka terhadap inovasi daripada yang
menerima inovasi lebih akhir.
Berdasarkan kepekaan terhadap
inovasi atau terdahulunya dan terlambatnya menerima inovasi, dapat
dikategorikan menjadi 5 macam kategori penerima inovasi dalam suatu sistem
sosial tertentu yaitu : (a) inovator, (b) pemula, (c) mayoritas awal, (d)mayoritas akhir, dan (e) terlambat (tertinggal).
Lima kategori penerima inovasi
tersebut merupakan bentuk ideal, berdasarkan observasi dari
kenyataan dan didesain sebagai bahan perbandingan antar warga masyarakat
(anggota sistem sosial). Fungsi dari bentuk ideal tersebut sebagai petunjuk
perencanaan kegiatan penelitian serta dapat juga dipakai sebagai bahan kerangka
acuan analisa hasil penelitian.
c. Kecepatan
penerimaan inovasi
Kecepatan penerimaan inovasi ialah kecepatan relative diterimanya
inovasi oleh warga masyarakat (anggota sistem sosial). Apabila sejumlah warga
masyarakat menerima suatu inovasi, dan dibuat diagram frekuensi kumulatif
berdasarkan waktu, maka hasilnya akan berupa kurva yang berbentuk – S ( bentuk
kurva dapat dilihat dalam Ibrahim, 1988: 65)
Bagan tersebut menunjukkan
bahwa pada mulanya hanya beberapa orang yang menerima inovasi dalam tiap
periode waktu tertentu (misalnya tahun atau bulan), mereka itu adalah
innovator. Kemudian tampak kurve difusi segera mulai menanjak, makin lama makin
banyak orang yang menerima inovasi. Kemudian kecepatan penerimaan inovasi
mendatar, menggambarkan makin lama makin sedikit yang tinggal dan proses difusi
selesai, artinya semua warga masyarakat telah menerima inovasi.
Kecepatan inovasi biasanya diukur
berdasarkan lamanya waktu yang diperlukan untuk mencapai prosentase tertentu
dari jumlah warga masyarakat yang telah menerima inovasi. Oleh karena itu
pengukuran kecepatan inovasi cenderung diukur dengan berdasarkan tinjauan
penerimaan inovasi oleh keseluruhan warga masyarakat, bukan penerimaan inovasi
secara individual. Pertanyaan yang perlu dipikirkan ialah mengapa terjadi
perbedaan kecepatan penerimaan inovasi dalam proses difusi inovasi. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, lihat kembali karakteristik dan atribut inovasi.
Tetapi perbedaan kecepatan penerimaan inovasi juga dipengaruhi oleh adanya
perbedaan kondisi sistem sosial tertentu.
4. Sistem Sosial
System social adalah hubungan
(interaksi) anatr individu atau unit dengan bekerja sama untuk memecahkan
masalah guna mencapai tujuan. anggota system social dapat individu, organisasi,
kelompok, dan sub system lainya yang saling pengertian dan memberi hubungan timbale
balik. Misalnya : petani di desa, para dosen dan karyawan di perguruan tinggi,
dan sebagainya. Individu akan terpengaruh oleh system social dalam menghadapi
sebuah difusi inovasi.
Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995)
memiliki relevansi dan argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan
keputusan inovasi. Teori tersebut antara lain menggambarkan tentang variabel
yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari
proses pengambilan keputusan inovasi. Variabel yang berpengaruh terhadap
tahapan difusi inovasi tersebut mencakup (1) atribut inovasi (perceived
atrribute of innovasion), (2) jenis keputusan inovasi (type of
innovation decisions), (3) saluran komunikasi (communication channels),
(4) kondisi sistem sosial (nature of social system), dan (5) peran agen
perubah (change agents).
Sementara itu
tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi mencakup:
1. Tahap Munculnya Pengetahuan (Knowledge) ketika seorang individu
(atau unit pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan
keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi
2. Tahap Persuasi (Persuasion) ketika seorang individu (atau unit
pengambil keputusan lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik
3. Tahap Keputusan (Decisions) muncul ketika seorang individu atau unit
pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada
pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi.
4. Tahapan Implementasi (Implementation), ketika sorang individu atau
unit pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi.
5. Tahapan Konfirmasi (Confirmation), ketika seorang individu atau unit
pengambil keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan
atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya.
2.2 Pengaruh Sistem Sosial Terhadap Difusi
Inovasi
Hal-hal yang berkaitan antara system
social dan pengaruhnya terhadap proses difusi inovasi, akan dibahas mengenai
bentuk system social dalam mempengaruhi difusi, pengaruh norma dalam difusi,
pengaruh pimpinan (pemuka) pendapat dan agen pembaharu, tipe keputusan inovasi,
dan konsekuensi inovasi. Hal-hal tersebuut berperan dalam hubungan
antara system social dengan proses difusi inovasi yang terjadi dalam system social.
Berikut sedikit ulasan mengenai hal-hal tersebut (Ibrahim,1988:67).
2.3 Struktur social dan difusi
Struktur sosial dalam hal
ini diartikan sebagai pedoman peraturan unit dalam suatu sistem.
Dengan adanya struktur ini maka dapat meninmbulkan ketertiban dan kestabilan
tingkah laku individu dalam sistem sosial, dan juga memberikan kemungkinan tiap
individu untuk merencanakan atau meramalkan tingkah laku yang akan dilakukannya
sepanjang tidak menyimpang dari peraturan yang telah ada.
Struktur sosial bukan hanya berlaku
dalam organisasi formal tetapi juga dalam struktur
informal, yaituhubungan antar sesame warga masyarakat atau antar anggota
sistem sosial secara informal, dengan cirri utama adanya kejelasan siapa
berhubungan dengan siapa dan dalam situasi yang bagaimana.
Struktur sistem sosial dapat
memperlancar atau menghambat proses difusi inovasi dalam suatu sistem,
karena struktur sosial sangat berpengaruh terhadap proses komunikasi. Hal ini
sangat menarik perhatian para ahli sosiologi dan psikologi sosial, karena tidak
mungkin akan mempelajari difusi tanpa mengetahui struktur sosial yang ditempati
para penerima inovasi.
2.4 Norma system social dan difusi
Norma yang berlaku pada suatu sistem
sosial berpengaruh terhadap kecepatan penerimaan inovasi.
Norma yang berlaku pada suatu sistem sosial merupakan pedoman tingkah
laku anggota sistem sosial yang ditaati. Norma menjelaskan tentang perbuatan
apa yang diperbolehkan serta memberikan petunjuk tentang standard perbuatan
para anggota sistem sosial. Oleh karena itu suatu inovasi yang tidak sesuai
dengan norma yang ada pada suatu sistem sosial akan terhambat pelaksanaan
proses difusinya.
2.5 Pemuka
pendapat dan agen pembaharu
Dua peranan orang yang mempunyai
peranan penting dalam proses inovasi yaitu pemuka pendapat dan agen pembaharu.
Pemuka pendapat ialah orang yang
mampu mempengaruhi orang-orang lain agar mengubah sikap atau tingkah lakunya
secara informal, ke arah sesuatu perubahan yang dikehendaki. Pemuka pendapat
merupakan pimpinan informal, yang tidak tentu memiliki status formal sebagai
pemimpin dalam masyarakat. Banyak penelitian menunjukkan bahwa jika sistem
sosial akan mengadakan perubahan, maka pemuka pendapat sangat inovatif, tetapi
jika norma tidak mau menerima perubahan, maka tingkah laku pemuka pendapat juga
menggambarkan norma tersebut. Dengan kata lain pemuka pendapat merupakan contoh
dan perwujudan dari struktur sosial.
Dalam beberapa ssitem sosial,
ternyata pemuka pendapat dapat berperan kedua-duanya, mungkin dai sebagai
pemuka inovasi, tetapi mungkin juga dia sebagai pemimpin yang menentang
inovasi. Pengaruh pemuka pendapat ini dapat memperlancar difusi inovasi atau
sebagai penghambat difusi inovasi. Jika dibandingkan dengan warga masyarakat
bisa pemuka pendapat ini secra umum memiliki sifat-sifat yang berbeda, anatra
lain :lebih terbuka terhadap segala macam bentuk komunikasi dengan dunia luar,
lebih bersifat kosmopolit (semua manusia adalah saudara), dan memiliki status
yang lebih tinggi, lebih inovatif (tetapi tergantung kesesuaian dengan norma).
Peranan yang sangat penting dari pemuka pendapat ialah menjadi pusat komunikasi
(hubungan interpersonal) dalam jaringan komunikasi dalam sistem sosial.
Agen pembaharu adalah seorang
professional yang bertugas untuk mempengaruhi klien (sasaran inovasi), untuk
mengambil keputusan mengikuti inovasi, sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
oleh lembaga atau organisasi tempat agen pembaharu itu bekerja. Agen pembaharu
selalu berusaha agar terjadi proses difusi inovasi, tetapi justru biasanya
proses difusi kurang lancer karena ia orang yang datang dari luar sistem sosial
(heterophil). Untuk melancarkan proses difusi biasanya agen pembaharu
menggunakan pemuka pendapat untuk kampanye penyebaran inovasi. Demikian pula
sering terjadi yang menjadi agen pembaharu seorang sarjana yang memang ahli
sesuai dengan ide baru atau inovasi yang akan disebarluaskan, tetapi dengan
timbul hambatan dalam tugasnya melaksanakan difusi inovasi, yaitu tidak dapat
dekat dengan warga masyarakat. Untuk mengatasi itu biasanya digunakan tenaga
pembantu yang tentu saja kualitas profesionalnya kurang daripada agen pembaharu
tetapi lebih erat dengan anggota sistem sosial yang menjadi sasaran inovasi.
Pembantu agen pembaharu dipilihkan orang yang lebih homphily, sehingga dapat
mengurangi kesenjangan heterophily, yang terjadi antara agen pembaharu dengan
klien.
2.6 Tipe Keputusan Inovasi
Inovasi diterima tidaknya diputuskan
berdasarkan keputusan bersama atau tanpa paksaan. Tipe keputusan inovasi dapat
dibedakan menjadi :
a. Keputusan inovasi opsional, yaitu
keputusan diterima tidaknya inovasi ditentukan oleh individu secara mandiri
tanpa pengaruh anggota system social. Meskipun seorang individu mengambil
keputusan berdasarkan norma system social atau hasil komunikasi interpersonal
dengan anggota system social.
b. Keputusan
inovasi kolektif, yaitu keputusan diterima tidaknya inovasi berdasarkan
keputusan yang dibuat secara bersama-sama berdasarkan kesepakatanantar anggota
system social.
c. Keputusan
inovasi otoritas, yaitu keputusan diterima tidaknya inovasi berdasarkan
keputusan yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang
berkedudukan, status, wewenang atau kemampuan yang lebih tinggi daripada
anggota yang lain dalam suatu system social.
Ketiga tipe keputusan tersebut merupakan rentangan
(continuum) dari keputusan opsional, dilanjutkan keputusan kolektif, dan yang
terakhir keputusan otoritas. Tipe keputusan yang digunakan untuk menyebarkan
suatu inovasi dapat berubah dalam waktu tertentu.
d. Keputusan
inovasi kontingen (contingent), yaitu pemilihan diterima tidaknya suatu
inovasi, baru dapat dilakukan hanya setelah ada keputusan inovasi yang
mendahuluinya. Cirri pokok keputusan ini ialah digunakanya dua atau lebih
keputusan inovasi secara bergantian untuk menangani suatu difusi inovasi,
terserah yang mana yang akan digunakan bisa keputusan opsional, kolektif atau
otoritas.
2.7 Konsekuensi Inovasi
System social berpengaruh secara
langsung maupun tidak langsung (keputusan opsional) dalam proses pengambilan
keputusan inovasi. Konsekuensi inovasi ialah perubahan yang terjadi dalam
system social sebagai hasil dari penerimaan atau penolakan dari suatu
inovasi. Klasifikasi konsekuensi inovasi, meliputi :
a. Konsekuensi
yang bermanfaat dengan yang tidak bermanfaat, tergantung dari hasil inovasi di
dalam system social itu fungsional atau tidak fungsional.
b. Konsekuensi
langsung dengan tidak langsung, tergantung dari perubahan yang terjadi pada
individu atau system
social berupa respon yang
pertama terjadi pada inovasi, atau respon kedua setelah adanya konsekuensi
langsung.
c. Konsekuensi
yang diharapkan dengan yang tidak diharapkan, tergantung dari bagaimana
perubahan itu, diketahui dan direncanakan oleh anggota system social, atau
tidak.
Ketika klasifikasi konsekuensi
tersebut biasanya berlangsung secara bersamaan. Dan untuk menentukan sebuah
konsekuensi bermanfaat atau tidak cukup sulit, karena biasanya dapat terjadi
suatu inovasi bermanfaat bagi system social, tapi tidak untuk anggota system
social tertentu.
Contoh dari proses inovasi dan
difusi serta konsekuensinya lebih jelas terdapat dibuku Ibrahim (1988:74-77) ,
salah satunya yaitu tentang usaha perbaikan pendidikan di Indonesia
yang disebut hari Krida. Dimana kegiatan tersebut dilakukan Setiap hari sabtu,
siswa tidak diajar seperti biasa tapi dilatih berbagai ketrampilan, kesenian ,
dan olahraga. Pelaksanaan inovasi dimulai dengan cara penyampaian informasi
tentang cara pelaksanaan Hari Krida dari atas sampai lapisan bawah. Sehingga
berdasarkan kondisi dan situasi sekolah maupun social, umumnya pada hari
sabtuyang berlangsung hanya olahraga dan kesenian khususnya menyanyi. Dari
Inovasi tersebut diperoleh analisis :
Kemanfaatan, tetap aka nada manfaat
walaupun tidak sepenuhnya seperti yang diharapkan. Konsekuensi langsung, dengan
adanya latihan olahraga secara rutin Setiap hari sabtu, maka tim olahraga
sekolah menjadi terlatih dan terampil. Konsekuensi yang diharapkan, tidak
sepenuhnya tercapai karena hanya sebagian ketrampilan siswa yang dapat
dikembangkan. Konsekuensi yang tidak diharapkan, terjadinya pulang awal pada
hari sabtu.
2.8 Penerapan dan Keterkaitan Teori
Pada
awalnya, bahkan dalam beberapa perkembangan berikutnya, teori Difusi
Inovasi senantiasa dikaitkan dengan proses pembangunan masyarakat. Inovasi
merupakan awal untuk terjadinya perubahan sosial, dan perubahan sosial pada
dasarnya merupakan inti dari pembangunan masyarakat. Rogers dan Shoemaker
(1971) menjelaskan bahwa proses difusi merupakan bagian dari proses perubahan
sosial. Perubahan sosial adalah proses dimana perubahan terjadi dalam struktur
dan fungsi sistem sosial. Perubahan sosial terjadi dalam 3 (tiga) tahapan,
yaitu: (1) Penemuan (invention), (2) difusi (diffusion), dan (3)
konsekuensi (consequences). Penemuan adalah proses dimana ide/gagasan
baru diciptakan atau dikembangkan. Difusi adalah proses dimana ide/gagasan
baru dikomunikasikan kepada anggota sistem sosial, sedangkan
konsekuensi adalah suatu perubahan dalam sistem sosial sebagai hasil dari
adopsi atau penolakan inovasi.
Sejak tahun
1960-an, teori difusi inovasi berkembang lebih jauh di mana fokus kajian tidak
hanya dikaitkan dengan proses perubahan sosial dalam pengertian sempit. Topik
studi atau penelitian difusi inovasi mulai dikaitkan dengan berbagai fenomena
kontemporer yang berkembang di masyarakat. Berbagai perpektif pun menjadi dasar
dalam pengkajian proses difusi inovasi,seperti perspektif ekonomi, perspektif
’market and infrastructure’ (Brown, 1981). Salah satu definisi difusi inovasi
dalam taraf perkembangan ini antara lain dikemukakan Parker (1974),
yang mendefinisikan difusi sebagai suatu proses yang berperan
memberi nilai tambah pada fungsi produksi atau proses ekonomi. Dia juga
menyebutkan bahwa difusi merupakan suatu tahapan dalam proses perubahan teknik
(technical change). Menurutnya difusi merupakan suatu tahapan dimana
keuntungan dari suatu inovasi berlaku umum. Dari inovator, inovasi diteruskan
melalui pengguna lain hingga akhirnya menjadi hal yang biasa dan diterima
sebagai bagian dari kegiatan produktif.
Berkaitan
dengan proses difusi inovasi tersebut National Center for the
Dissemination of Disability Research (NCDDR), 1996, menyebutkan ada 4
(empat) dimensi pemanfaatan pengetahuan (knowledge utilization), yaitu
1. Dimensi
Sumber (SOURCE) diseminasi, yaitu insitusi, organisasi, atau individu yang
bertanggunggung jawab dalam menciptakan pengetahuan dan produk baru.
2. Dimensi Isi
(CONTENT) yang didiseminasikan, yaitu pengetahuan dan produk
baru dimaksud yang juga termasuk bahan dan informasi pendukung lainnya.
3. Dimensi Media (MEDIUM) Diseminasi, yaitu cara-cara bagaimana
pengetahuan atau produk tersebut dikemas dan disalurkan.
4. Dimensi Pengguna (USER), yaitu pengguna dari pengetahuan
dan produk dimaksud.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Inovasi merupakan sebuah
ide, barang, kejadian metode yang dirasakan atau diamati sebagai sesuatu yang
baru bagi seseorang maupun kelompok masyarakat. difusi adalah proses yang
terjadi pada suatu waktu dan memiliki lima tahapan yaitu ahap pengetahuan,
persuasi, keputusan, implementasi, dan konfirmasi.
Diseminasi merupakan
tindak inovasi yang disusun dan disebarannya berdasarkan sebuah perencanaan
yang matang dengan pandangan jauh ke depan baik melalui diskusi atau forum lainnnya
yang sengaja diprogramkan, sehingga terdapat kesepakatan untuk melaksanakan
inovasi.
Sesuai dengan pemikiran
Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu: a)
Inovasi, b) saluran komunikasi, c) jangka waktu, d) sistem sosial.
Prinsip homophily
merupakan salah satu prinsip berkomunikasi dimana komunikator dan komunikan
atau pembicara dan khalayak atau lawan bicara merasa berada dalam persamaan.
Sedangkan heterophily sebaliknya yaitu ketika pembicara dan khalayak atau lawan
bicara berada dalam suasana perbedaan.
3.2 SARAN
Dengan adanya pembahasan tentang Dari makalah saya yang singkat ini
mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi saya pribadi. Yang baik datangnya dari
Allah Swt, dan yang buruk datangnya dari saya. Dan saya sadar bahwa makalah
saya ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi,
jadi saya harapkan saran dan kritiknya yang bersifat membangun, untuk perbaikan
makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR RUJUKAN
https://muhamatayouda.blogspot.co.id/2016/06/makalah-difusi-inovasi.html
Lanjut : kunjungi channel youtube saya Sluggard Gallery
Tidak ada komentar:
Posting Komentar