Rabu, 27 September 2017

Kewirausahaan Sosial

Kewirausahaan Sosial


Souvenir Kain Perca yang diolah Kelompok Tani Wanita Desa Plosojenar Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo

rezda bunga cempaka
160141600656

Diera modern globalisasi seperti saat ini banyaknya persaingan ekonomi dan bisnis dari luar membuat persaingan semakin banyak dimana-mana. Apa lagi di pulau jawa sendiri dengan jumlah penduduk yang padat dengan presentase 75%,  dan kebanyakan dari mereka kurang bekerja secara produktif. Artinya sebagian dari mereka ada yang sebagai petani, wirausaha,  dan serabutan. Banyaknya angka pengangguran diindonesia ini berpusat dijawa itu sendiri karena dengan sumber daya manusia yang banyak dan lapangan kerja yang sedikit tak heran mereka para pendatang dan yang berasal dari jawa sendiri kesulitan untuk bekerja di rana yang berpenghasilan tinggi.
            Dari banyak tingkat pengangguran saat ini, justru memperburuk perekonomian negara. Sedangkan negara saat ini tengah memasuki ara ‘mea’ kepanjangan dari Masyarakat Ekonomi Asean. Tujuan dari mea itu sendiri adalah menciptakan stablitas perekonomian dikawasan Asean dan membentuk kawasan ekonomi dikawasan Asean itu sendiri, sehingga setiap negara akan mengalami  aliran bebas jasa, barang, investasi, dan tenaga kerja terdidik. Jadi jika kita sebagai masyarakat yang hanya menunggu pekerjaan itu dating, akan tertinggal dan bisa saja kita malah akan jadi pekerja dari tenaga asing yang berada dinegara kita. Walaupun dengan pendapatan yang lumayan, tapi alangkah baiknya kita mencoba berfikir kembali tentang kemauan jika kita berinisiatif dengan membuat lapangan pekerjaan bagi banyak orang, terutama dari pribumi itu sendiri.
            Bukan berarti menciptakan lapangan pekerjaan hanya denga asal jadi kemudian tidak dengan pengolahan yang efektif. Kita pastinya juga membutuhkan pengetahuan dan keterampilan apa yang akan kita kerjakan nantinya. Jangan sampai kita ingin memberdayakan orang lain tetapi malah diri kita sendiri yang belum berdaya. Dimulai kita mempunyai keahlian maka disitu akan muncul prospek kerja agar bisa kita buat suatu hasil usaha.
            Keterampilan adalah satu pemberdayaan dari diri kita. Bukan hanya ilmu teori saja tetapi mempunyai bidang ahli akan lebih bagus jika kita kembangan dan dijadikan sebagai modal usaha untuk mengelola kegiatan kewirausaan. Karena sebuah pekerjaan itu tak hanya di kator-kantor dengan tempat dan fasilitas yang nyaman. Justru dari hal kecil seperti dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dengan pengolahan yang efektif dan adanya ketenaga kerjaan yang mampu meningkatann pendapataan dan sumber daya, kita sudah bisa menciptakan sebuah lapangan pekerjaan atau memberdayakan masyarakat itu sendiri.

            Menurut pengamatan saya, bahwa orang-orang diusia saya banyak yang mempunyai keterampilan yang bisa dikembangan dan menjadi sebuah lapangan pekerjaan. Akan tetapi pemikiran mereka yang belum mengerti tentang bagaimana membangun sebuah inofasi kewirausahaanlah yang jadi penghambat. Adapun dari mereka yang pernah diberi materi tentang kewirausahaan di bangku sekolah atau kuliah, tapi pemikiran kewirausahaan sebagai sebuah usaha untuk mengatasi pengangguran belum tersentuh dari pemikiran mereka. Yang saya tulis diatas tadi bahwa masyarakat lebih tertarik untuk bekerja di perkantoran dari pada mengembangkan difusi inovasi mereka.

            Tapi saat ini sudah banyak masyarakat yang sedikit demi sedikit mau mengembangkan kreatifitas mereka sebagai salah satu modal usaha atau menciptakan sebuah kewirausahaan. Dengan persaingan modal usaha yang menarik membuat mereka berloba lomba membuat sebuah kewirausaahan yang menarik untuk meningkatkan hasil jual dan bisa menambah perekonomian tersebut.
            Dalam hasil studi kasus ini saya tertarik dengan komunitas kewirausaan sosial yang berada didesa saya, kebetulan dari anggota komunitas tersebut yang saya kenal dan dekat dengan saya, beliau adalah ibu saya. Ibu saya disini berperan sebagai koordinir para anggota kelompok atau komunitas anggota usaha sosial tersebut. Jadi kenapa saya mengambil tempat observasi di lingkungan saya karena pertama dekat dengan rumah, kedua karena saya juga tertarik dengan kewirausahaan sosial ini, ke tiga  bisa saja dengan keterampilan seperti ini bisa saya contoh pelajari dan terapkan dalam peluang berwirausaha yang baik dan benar.
            Kasus studi yang saya amati dan observasikan mengenai mata kuliah kewirausahaan sosial tepatnya di desa Plosojenar kecamatan Kauman kabupaten Ponorogo. Bermula dari arisan ibu-ibu bulanan yang setiap tanggal 20 satu bulan sekali mereka kumpul disalah satu rumah warga secara bergantian. ada suatu pembicaraan tentang uang kas yang mereka peroleh dari sisa uang kas arisan yang mereka bingung mau dipakai buat apa. Akhirnya ibu saya tadi dan salah satu dari ibu-ibu arisan tersebut punya inisiatif untuk membuat suatu produk dari hasil uang kas yang mereka kumpulkan. Awalnya mereka mendirikan produk makanan cemal cemil, tetapi mereka tidak langsung memproduksinya, melainkan membeli lalu menjualnya. Dijualnyapun masih dengan menggunakan cara titip menitip melalui kantin kecamatan, jika ada bazar kegiatan, dan dijual dengan muter sana sini yang maksutnya saat ada kelompok ibu-ibu kumpul dari desa lain mereka menawarkan produk tersebut.

Gambar 1. Hasil kerajinan kain perca

            Seiring berjalanya waktu usaha cemal cemil ini tidak berjalan dengan apa yang mereka harapkan. Karena keuntungan mereka dapat tidak sama seperti pengeluaranya, ditambah dengan membeli produk jajanan tadi berasal dari Solo jadi uang transport dan pemasaranyapun tidak berbalik modal. Akhirnya para ibu-ibu arisan ini mengganti usaha tersebut dengan memanfaatkan keterampilan mereka yang baru diajarkan cara mengolah kain perca menjadi bros yang indah. Kebetulah salah satu dari ibu-ibu arisan yang bernama bu Sundari itu mempunyai jasa tukang jahit, dan limbah dari kain percanya tidak usah dibeli melainkan tinggal mengambilnya saja Karena bu Sundari sudah menyiapkan untuk kebutuhan dasar pembuatan souvenir atau kain perca itu tadi.
            Sedikit demi sedikit usaha ini berjalan, mereka menamai komunitas arisan ini dengan nama KWT yang kepanjangan dari Kelompok Wanita Tani di RT 1 RW 1 Dukuh Kerajan Desa Plosojenar. Kenapa diberi nama tesebut, karena mereka para ibu-ibu keluarganya juga bermata pencaharian bertani. Jadi mereka ingin pekerjaan usaha ini sebagai sampingan dari pekerjaan asli mereka. Ide membuat kerajian keset hingga souvenirpun terpikirkan yang memanfaatkan limbah kain perca dari penjahit tersebut. Usaha ini masih baru diawal tahun 2017, itupun tidak langsung banyak pesanan. Bisa dibilang usaha hasih dari kelompok tani wanita ini masih terbilang kecil-kecilan saja.
            Proses pembuatan bros souvenir disini adalah dengan membagi tugas. Misalnya pembuatan dengan bahan dasar kain tebal sebagai alas kain percanya dengan dipotong bulat, dari situ sendiri ada ibu-ibu yang melakukan pemotongan kain tersebut. Kemudian setelah selesai menggunting kain menjadi bulat langsung diserahkan kepada ibu bagian ditahab kedua yaitu perangkaian kain percanya menjadi sebuah bunga. Setelah jadi motif bunga, diserahkan lagi dibagian hiasan manik-manik dan tambahan kancing dibagian bros. dan tahab terkahir diserahkan pada bagian pengemasan bros untuk dihias menjadi souvenir yang cantik. Setelah semuanya sudah selesai barulah bros souvenir yang sudah jadi itu dipaking untuk dipasarkan atau dikirim kepada orang yang pesan.
            Hasil dari penjualan itu tetap sama yaitu bagi hasil. Jadi setelah barang laku para ibu-ibu tidak langsung mendapatkan uangnya melainkan ditabung di masukan ke kas uang arisan masing-masing. Tujuannya adalah supaya mereka punya tabungan dari hasil usaha tadi. Jadi uang tabungan mereka tidak hanya dari sis akas arisan , tetapi ada hasil penghasilan dari usaha penjualan souvenir bros dengan kain perca itu tadi. Dan tabunga itu bisa diambil pada saat hari lebaran.
            Akan tetapi pembuatan souvenir bros ini tidak setiap hari berproduksi. Tetapi mereka menunggu pesanan saja. Menunggu pesananpun juga tidak mesti setiap hari ada. Tapi akhir-ahir ini mereka disibukan membuat souvenir bros karena banyaknya acara pernikahan diaerah saya dan mereka (para konsumen) banyak yang memesan kerajinan tangan dari kain perca ini menjadi sebuah bros souvenir yang menarik. Dengan harga jual yang murah yaitu satu bros + kotak souvenir di bandrol dengan harga Rp. 4.500,00.- sampai Rp. 7.000,00 per bijinya. Harga bisa berubah tinggal cara kerumitan besar kecil ukuran bros dan wadah buat souvenir brosnya
tadi.
           

            Awal dari pemasaranya juga tidak langsung banyak peminatnya, bukan. Tetapi mereka memasarkan dengan sistem jika ada bazar di daerah alun-alun kota dan bazar di kecamatan mereka menyediakan dan memakai stan untuk memasarkan atau memamerkan hasil dari pembuatan souvenir. Kemudian promosi jika ada acara kegiatan bakti desa, saat kumpul para ibu-ibu desa. Dengan begitu proses dari pembicaraan sana sini akan menghasilkan proses promosi atau pengiklanan secara tidak langsung. ibu Ida pemasar produk bros souvenir menambahkan “masih belum ada  niatan berjualan secara online karena disini masih dibilang sedikit untuk para pekerjanya. Mungkin akhir bulan kami akan mengadakan pelatihan kain perca menjadi souvenir lagi, untuk menambah ibu-ibu supaya mau diajak berwirausaha dimulai dari hal kecil dan usaha kecil bersama”. Jadi terlihat jelas usaha ini tidak milik perseorangan. Melainkan sebuah komunitas berawal dari ibu-ibu arisan yang ingin memberdayakan diri mereka sendiri dengan memanfaatkan limbah yang ada dan dijula dengan nilai penjualan yang menguntungkan untuk mereka.
            Terdapat kekurangan dan kelebihan pada sebuah usaha salah satunya . Kekurangan dari usaha KWT (Kelompok Wanita Tani) ini masih kurang maksimum, banyak para ibu-ibu yang masih belum mengetahui teknik pemasaran dan target pemasaranya. Kemudian dari kelebihannya sediri adalah mereka mampu memanfaat dan memberdayakan warga yang mempunyai keterampilan dengan mengembangkan kreatifitas para ibu-ibu, kemudian bisa juga mempermudah menambah penghasilan  perekonomian keluarga, dan yang terpenting lagi adalah bias menyadarkan ibu-ibu gemar menabung.
            Pentingnya berwirausaha disetiap komunitas untuk mengimbangi nilai ekonomis di suatu negara. Mereka diajarkan mandiri memberdayakan diri mereka sendiri, jadi kita tidak hanya berpangku tangan pada pemerintah untuk memberikan lapangan pekerjaan. Justru dimulai dari kita menciptakan sebuah lapangan pekerjaan akan memudahkan banyak orang untuk mangatasi pengangguran. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tugas | Fakta dan Esensi Sila Pancasila

Fakta dan Esensi Sila Pancasila Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu filsafat. Pengertian sistem fils...