Kewirausahaan Sosial
Souvenir Kain Perca yang diolah
Kelompok Tani Wanita Desa Plosojenar Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo
rezda bunga cempaka
160141600656
Diera
modern globalisasi seperti saat ini banyaknya persaingan ekonomi dan bisnis
dari luar membuat persaingan semakin banyak dimana-mana. Apa lagi di pulau jawa
sendiri dengan jumlah penduduk yang padat dengan presentase 75%, dan kebanyakan dari mereka kurang bekerja
secara produktif. Artinya sebagian dari mereka ada yang sebagai petani,
wirausaha, dan serabutan. Banyaknya
angka pengangguran diindonesia ini berpusat dijawa itu sendiri karena dengan
sumber daya manusia yang banyak dan lapangan kerja yang sedikit tak heran
mereka para pendatang dan yang berasal dari jawa sendiri kesulitan untuk
bekerja di rana yang berpenghasilan tinggi.
Dari banyak tingkat pengangguran
saat ini, justru memperburuk perekonomian negara. Sedangkan negara saat ini
tengah memasuki ara ‘mea’ kepanjangan
dari Masyarakat Ekonomi Asean. Tujuan dari mea
itu sendiri adalah menciptakan stablitas perekonomian dikawasan Asean dan
membentuk kawasan ekonomi dikawasan Asean itu sendiri, sehingga setiap negara
akan mengalami aliran bebas jasa, barang, investasi, dan
tenaga kerja terdidik. Jadi jika kita sebagai masyarakat yang hanya menunggu
pekerjaan itu dating, akan tertinggal dan bisa saja kita malah akan jadi
pekerja dari tenaga asing yang berada dinegara kita. Walaupun dengan pendapatan
yang lumayan, tapi alangkah baiknya kita mencoba berfikir kembali tentang
kemauan jika kita berinisiatif dengan membuat lapangan pekerjaan bagi banyak
orang, terutama dari pribumi itu sendiri.
Bukan berarti menciptakan lapangan
pekerjaan hanya denga asal jadi kemudian tidak dengan pengolahan yang efektif.
Kita pastinya juga membutuhkan pengetahuan dan keterampilan apa yang akan kita
kerjakan nantinya. Jangan sampai kita ingin memberdayakan orang lain tetapi
malah diri kita sendiri yang belum berdaya. Dimulai kita mempunyai keahlian
maka disitu akan muncul prospek kerja agar bisa kita buat suatu hasil usaha.
Keterampilan adalah satu
pemberdayaan dari diri kita. Bukan hanya ilmu teori saja tetapi mempunyai
bidang ahli akan lebih bagus jika kita kembangan dan dijadikan sebagai modal
usaha untuk mengelola kegiatan kewirausaan. Karena sebuah pekerjaan itu tak
hanya di kator-kantor dengan tempat dan fasilitas yang nyaman. Justru dari hal
kecil seperti dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dengan pengolahan yang
efektif dan adanya ketenaga kerjaan yang mampu meningkatann pendapataan dan
sumber daya, kita sudah bisa menciptakan sebuah lapangan pekerjaan atau
memberdayakan masyarakat itu sendiri.
Menurut pengamatan saya, bahwa orang-orang diusia saya banyak yang mempunyai keterampilan yang bisa dikembangan dan menjadi sebuah lapangan pekerjaan. Akan tetapi pemikiran mereka yang belum mengerti tentang bagaimana membangun sebuah inofasi kewirausahaanlah yang jadi penghambat. Adapun dari mereka yang pernah diberi materi tentang kewirausahaan di bangku sekolah atau kuliah, tapi pemikiran kewirausahaan sebagai sebuah usaha untuk mengatasi pengangguran belum tersentuh dari pemikiran mereka. Yang saya tulis diatas tadi bahwa masyarakat lebih tertarik untuk bekerja di perkantoran dari pada mengembangkan difusi inovasi mereka.
Tapi saat ini sudah banyak
masyarakat yang sedikit demi sedikit mau mengembangkan kreatifitas mereka
sebagai salah satu modal usaha atau menciptakan sebuah kewirausahaan. Dengan
persaingan modal usaha yang menarik membuat mereka berloba lomba membuat sebuah
kewirausaahan yang menarik untuk meningkatkan hasil jual dan bisa menambah
perekonomian tersebut.
Dalam hasil studi kasus ini saya
tertarik dengan komunitas kewirausaan sosial yang berada didesa saya, kebetulan
dari anggota komunitas tersebut yang saya kenal dan dekat dengan saya, beliau
adalah ibu saya. Ibu saya disini berperan sebagai koordinir para anggota
kelompok atau komunitas anggota usaha sosial tersebut. Jadi kenapa saya
mengambil tempat observasi di lingkungan saya karena pertama dekat dengan
rumah, kedua karena saya juga tertarik dengan kewirausahaan sosial ini, ke
tiga bisa saja dengan keterampilan
seperti ini bisa saya contoh pelajari dan terapkan dalam peluang berwirausaha
yang baik dan benar.
Kasus studi yang saya amati dan
observasikan mengenai mata kuliah kewirausahaan sosial tepatnya di desa
Plosojenar kecamatan Kauman kabupaten Ponorogo. Bermula dari arisan ibu-ibu
bulanan yang setiap tanggal 20 satu bulan sekali mereka kumpul disalah satu
rumah warga secara bergantian. ada suatu pembicaraan tentang uang kas yang
mereka peroleh dari sisa uang kas arisan yang mereka bingung mau dipakai buat
apa. Akhirnya ibu saya tadi dan salah satu dari ibu-ibu arisan tersebut punya
inisiatif untuk membuat suatu produk dari hasil uang kas yang mereka kumpulkan.
Awalnya mereka mendirikan produk makanan cemal cemil, tetapi mereka tidak
langsung memproduksinya, melainkan membeli lalu menjualnya. Dijualnyapun masih
dengan menggunakan cara titip menitip melalui kantin kecamatan, jika ada bazar
kegiatan, dan dijual dengan muter sana sini yang maksutnya saat ada kelompok
ibu-ibu kumpul dari desa lain mereka menawarkan produk tersebut.
Gambar 1. Hasil kerajinan kain perca
Seiring berjalanya waktu usaha cemal
cemil ini tidak berjalan dengan apa yang mereka harapkan. Karena keuntungan
mereka dapat tidak sama seperti pengeluaranya, ditambah dengan membeli produk
jajanan tadi berasal dari Solo jadi uang transport dan pemasaranyapun tidak
berbalik modal. Akhirnya para ibu-ibu arisan ini mengganti usaha tersebut
dengan memanfaatkan keterampilan mereka yang baru diajarkan cara mengolah kain
perca menjadi bros yang indah. Kebetulah salah satu dari ibu-ibu arisan yang
bernama bu Sundari itu mempunyai jasa tukang jahit, dan limbah dari kain
percanya tidak usah dibeli melainkan tinggal mengambilnya saja Karena bu
Sundari sudah menyiapkan untuk kebutuhan dasar pembuatan souvenir atau kain
perca itu tadi.
Sedikit demi sedikit usaha ini
berjalan, mereka menamai komunitas arisan ini dengan nama KWT yang kepanjangan
dari Kelompok Wanita Tani di RT 1 RW 1 Dukuh Kerajan Desa Plosojenar. Kenapa
diberi nama tesebut, karena mereka para ibu-ibu keluarganya juga bermata
pencaharian bertani. Jadi mereka ingin pekerjaan usaha ini sebagai sampingan
dari pekerjaan asli mereka. Ide membuat kerajian keset hingga souvenirpun
terpikirkan yang memanfaatkan limbah kain perca dari penjahit tersebut. Usaha
ini masih baru diawal tahun 2017, itupun tidak langsung banyak pesanan. Bisa
dibilang usaha hasih dari kelompok tani wanita ini masih terbilang
kecil-kecilan saja.
Proses pembuatan bros souvenir
disini adalah dengan membagi tugas. Misalnya pembuatan dengan bahan dasar kain
tebal sebagai alas kain percanya dengan dipotong bulat, dari situ sendiri ada
ibu-ibu yang melakukan pemotongan kain tersebut. Kemudian setelah selesai
menggunting kain menjadi bulat langsung diserahkan kepada ibu bagian ditahab
kedua yaitu perangkaian kain percanya menjadi sebuah bunga. Setelah jadi motif
bunga, diserahkan lagi dibagian hiasan manik-manik dan tambahan kancing
dibagian bros. dan tahab terkahir diserahkan pada bagian pengemasan bros untuk
dihias menjadi souvenir yang cantik. Setelah semuanya sudah selesai barulah
bros souvenir yang sudah jadi itu dipaking untuk dipasarkan atau dikirim kepada
orang yang pesan.
Hasil dari penjualan itu tetap sama
yaitu bagi hasil. Jadi setelah barang laku para ibu-ibu tidak langsung
mendapatkan uangnya melainkan ditabung di masukan ke kas uang arisan
masing-masing. Tujuannya adalah supaya mereka punya tabungan dari hasil usaha
tadi. Jadi uang tabungan mereka tidak hanya dari sis akas arisan , tetapi ada
hasil penghasilan dari usaha penjualan souvenir bros dengan kain perca itu
tadi. Dan tabunga itu bisa diambil pada saat hari lebaran.
Akan tetapi pembuatan souvenir bros
ini tidak setiap hari berproduksi. Tetapi mereka menunggu pesanan saja.
Menunggu pesananpun juga tidak mesti setiap hari ada. Tapi akhir-ahir ini
mereka disibukan membuat souvenir bros karena banyaknya acara pernikahan
diaerah saya dan mereka (para konsumen) banyak yang memesan kerajinan tangan
dari kain perca ini menjadi sebuah bros souvenir yang menarik. Dengan harga
jual yang murah yaitu satu bros + kotak souvenir di bandrol dengan harga Rp.
4.500,00.- sampai Rp. 7.000,00 per bijinya. Harga bisa berubah tinggal cara
kerumitan besar kecil ukuran bros dan wadah buat souvenir brosnya
tadi.
tadi.
Awal dari pemasaranya juga tidak
langsung banyak peminatnya, bukan. Tetapi mereka memasarkan dengan sistem jika
ada bazar di daerah alun-alun kota dan bazar di kecamatan mereka menyediakan
dan memakai stan untuk memasarkan atau memamerkan hasil dari pembuatan
souvenir. Kemudian promosi jika ada acara kegiatan bakti desa, saat kumpul para
ibu-ibu desa. Dengan begitu proses dari pembicaraan sana sini akan menghasilkan
proses promosi atau pengiklanan secara tidak langsung. ibu Ida pemasar produk
bros souvenir menambahkan “masih belum ada
niatan berjualan secara online karena disini masih dibilang sedikit
untuk para pekerjanya. Mungkin akhir bulan kami akan mengadakan pelatihan kain
perca menjadi souvenir lagi, untuk menambah ibu-ibu supaya mau diajak berwirausaha
dimulai dari hal kecil dan usaha kecil bersama”. Jadi terlihat jelas usaha ini
tidak milik perseorangan. Melainkan sebuah komunitas berawal dari ibu-ibu
arisan yang ingin memberdayakan diri mereka sendiri dengan memanfaatkan limbah
yang ada dan dijula dengan nilai penjualan yang menguntungkan untuk mereka.
Terdapat kekurangan dan kelebihan
pada sebuah usaha salah satunya . Kekurangan dari usaha KWT (Kelompok Wanita
Tani) ini masih kurang maksimum, banyak para ibu-ibu yang masih belum
mengetahui teknik pemasaran dan target pemasaranya. Kemudian dari kelebihannya
sediri adalah mereka mampu memanfaat dan memberdayakan warga yang mempunyai
keterampilan dengan mengembangkan kreatifitas para ibu-ibu, kemudian bisa juga
mempermudah menambah penghasilan perekonomian
keluarga, dan yang terpenting lagi adalah bias menyadarkan ibu-ibu gemar
menabung.
Pentingnya berwirausaha disetiap
komunitas untuk mengimbangi nilai ekonomis di suatu negara. Mereka diajarkan
mandiri memberdayakan diri mereka sendiri, jadi kita tidak hanya berpangku
tangan pada pemerintah untuk memberikan lapangan pekerjaan. Justru dimulai dari
kita menciptakan sebuah lapangan pekerjaan akan memudahkan banyak orang untuk
mangatasi pengangguran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar